Dibalik Sosok Misterius Babi Ngepet Part 2

 
Siang ini matahari sudah seperti berada di atas kepala. Tugas Badar memindah-mindahkan tumpukan beras yang berada di dalam mobil pun akhirnya usai. Waktunya Badar bergegas untuk pulang.

Hari ini, hasil upah yang di dapatkan Badar pun tidak besar hanya Rp 25.000,00 saja. Mungkin uang itu bagi sebagian orang tak ada harganya. Namun bagi badar uang sebesar itu sangatlah berharga untuk sekedar mengisi perutnya.

Kini matahari seperti membakar tubuhnya. Perjalanan panjang untuk bisa sampai menuju rumah mau tidak mau harus dia lalui dengan berjalan menyusuri persawahan. Badar berjalan hanya mengandalkan sepasang sendal jepit dengan alas kakinya yang sudah bolong.

Tepat pukul 13.00 satu jam sudah perjalanan yang dia sudah tempuh. Dia pun akhirnya sampai di rumah. Tanpa berlama-lama Badar pun masuk lalu mengambil handuk dan bergegas membersihkan diri. 

Kini tubuhnya sudah wangi, bau matahari sudah tak tercium lagi. Ia pun membaringkan tubuhnya di atas sebuah kasur sembari memikirkan kehidupannya yang semakin hari tidak ada perubahan sama sekali.

"Hidup ku bagai sayur kurang garam. Hidup sendiri tak punya isteri."

"Mana ada wanita yang mau menjadi calon isteri ku."

"Bagai mati enggan hidup pun tak mau."

Itulah kalimat yang selalu muncul di benak hati Badar setiap saat. Dia menginginkan seorang pendamping hidup seperti teman-temannya yang lain. Usia badar pun sudah berada di atas kepala dua. 

Menurutnya, usia dia sudah tak muda lagi. Tak ada seorang pun yang mampu memberikannya semangat. Jangankan untuk memberikan semangat untuk berteman saja orang-orang tak mau. 

Satu jam setengah sudah waktu ia gunakan untuk beristirahat. Ia pun beranjak dari kasurnya dan pergi menuju warung yang berada tak jauh dari letak rumahnya itu.

Tiba-tiba...

Saat ia sampai di warung tersebut banyak pemuda yang sedang berkumpul di sana.

"Permisi bang numpang lewat." Ucap badar.

"Mau apa kamu kesini??" ucap pemuda yang berada di warung tersebut.

"Mau belanja bang." Ucapnya sambil menundukan wajahnya.

"Hah?? mau belanja?? mau ngutang kali yang ada." Ucapnya menyindir Badar.

Badar pun pergi dan tak menghiraukan kembali perkataan mereka. Hati Badar serasa sudah ingin membludak marah. Tapi apa daya, tak ada satu kuasa yang ia miliki di sini.


~Bersambung~

Komentar

  1. Kasian si Badar.. Sudah jomblo tak ada duit lgi.. He..

    BalasHapus
  2. Belum termasuk tua untuk usia kepala dua,

    BalasHapus
  3. makin penasaran lanjutan kisah Badar...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pak Ogah Jalanan

Karyawan Lama vs Karyawan Baru

Wanita Terhebat...