Bocah Jalanan

Pagi ini, aku harus segera berangkat menuju kampus untuk mengikuti seminar. Seperti biasanya ku lewati Jalanan lampu merah disekitaran soekarno hatta untuk mencari angkot 08 agar bisa segera sampai menuju kampus.

Saat ku tunggu angkot datang, ku lihat ada segerombolan bocah yang saling berebut sesuatu (entah apa, karena aku hanya melihat mereka dari kejauhan). Saat ku hampiri mereka, ternyata mereka sedang berebut uang recehan yang mereka hasilkan. Siapa bocah itu?? Mereka adalah sekumpulan bocah jalanan atau yang sering kita sebut sebagai pengamen. Mungkin kalian sudah tidak asing lagi dengan mereka. Jangankan di kota bandung, di kota-kota besar lainnya pun sudah pasti banyak kalian temukan, bukan begitu??. Lalu-lalang kendaraan, kerasnya jalanan, mungkin sudah biasa bagi mereka. Bagaimana dengan orang tua mereka??.

Saat ku tanyai salah satu dari mereka.
"De, jika kakak boleh tau, mengapa pagi-pagi begini ade sudah berada disini untuk mengamen?? apakah kamu tidak bersekolah?? dengan sedikit rasa khawatir".
"saya sekolah kak, tapi nanti siang. Jadi, pagi-pagi begini saya harus ngamen agar orang tua saya tidak memarahi saya. Dengan wajahnya yang lugu iya menjawab."
"Orang tua mu sekarang dimana?? mereka sehat ataukah sakit?? tanya ku ingin lebih tau dalam lagi."
"Ibu sehat kak, ia ada di seberang sana memantau ku agar aku tak lengah untuk ngamen. Kata ibu kalo aku lengah sedikit saja, uang pendapatannya tidak akan mendapat banyak."

Jleb, hati serasa di cambuk. Mengapa di negara ini masih ada saja oknum yang seperti itu?? anak-anak seusia mereka seharusnya di didik, namun bukan cara seperti itu. Jika melihat mereka di jalanan, rasanya ingin menangis. Karena biasanya anak seusia mereka itu bisa bebas dari ancaman sang orang tua. Mungkin jika di tanyakan kembali, "apakah kamu ingin seperti anak yang lain menikmati masanya dengan bermain bersama teman-teman yang lain dengan penuh bingbingan orang tua?? pasti mereka menjawab, ya. Karena mereka juga masih punya pemikiran yang normal."

Namun apa daya, keegoisan orang tua mereka yang membuat bocah-bocah ini harus menghadapi kerasasnya jalanan. Dan saat ku lihat, memang benar ibunya hanya enak tertawa terbahak-bahak bersama teman-temannya. Sedangkan sang anak harus bersusah payah mencari uang dengan mempertaruhkan nyawa mereka. Hanya dengan gitar ukulele dan kecrek  lusuh yang menjadi teman mereka, agar mereka bisa mendapatkan uang.

Miris bukan, kehidupan negeri ini? anak funk dimana-mana, preman dan begal sudah merajalela, di tambah para pengamen jalanan pun tidak kalah banyaknya. Apa mau di kata, toh itu sudah terjadi. Entah ini karena kurangnya partisipasi pemerintah, atau bahkan karena kesalahan dari pihak-pihak yang terlibat?? wallahualam. Yang jelas, mungkin bagi sebagian dari mereka, perhatian dan solusi dari pemerintah yang mereka harapkan bukan hanya peringatan yang tanpa ada tindakannya.

sekian

~ mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam pemaparannya trimakasih ^_^




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pak Ogah Jalanan

Karyawan Lama vs Karyawan Baru

Wanita Terhebat...