Pendaki Kece
"Pendaki kece?? Hemm menarik juga."
Pagi
itu, ibu mengajak ku untuk mengantarnya pergi belanja ke pasar
tradisional. Karena saat itu aku libur bekerja, dan aku pun menyetujui
ajakan ibu untuk mengantarnya ke pasar.
Setelah
berjalan kurang lebih setengah jam lamanya untuk bisa menuju pasar,
bagi ku sudah biasa. Bukan karena tak mempunyai uang untuk membayar
kendaraan, hanya saja niat kami sembari olahraga agar badan kami terasa
bugar.
"Huft.. alhamdulillah akhirnya dapat juga itu belanjaan. Sambil menarik nafas panjang sejenak."
"Bu sudah selesaikah kita belanja. Tanya ku pada ibu."
"Belum nak, masih ada sayur mayur yang belum kita beli. Jawab ibu ku."
Seperti tadi, kita jelajahi kembali gang-gang sempit yang ada di dalam pasar. Sampailah di tempat langganan ibu yang menjual sayur mayur. Ibu pun asik memilih sayur mayurnya. Sambil menunggu ibu memilih sayuran, ku jaga belanjaan tadi dan ku bersandar sembari memainkan handphone membalas sms dari dosen ku. Setelah selesai ku balas sms, ku masukan kembali handphone kedalam saku celana jeans ku.
Ku tatap sekeliling pasar itu, barang kali ada cemilan yang bisa mengganjal perut yang lapar ini. Namun bukan makanan yang ku temui, melainkan sesosok pria dengan badan yang cukup tinggi dengan perlengkapan ala pendaki. Ku kira dia akan pindahan hehe, tapi ternyata dia memang seorang pendaki yang akan mendaki pada saat itu.
Seperti hal nya ibu ku, mereka pun sibuk memilih bahan sayuran yang di gunakan untuk memasak sayur asam. Tiga menit sudah aku menunggu ibu memilih sayuran. Akhirnya, Karena ibu ku sudah selesai membelinya, akupun bergegas untuk pulang. Dan mereka pun masih sibuk memilih dan menawar harga tersebut.
Sesampai dirumah, aku pun masih membayangkan sang pendaki tadi. "jyah.. ku pikir pendaki itu tidak suka sayur, dan tak bisa memasak hehe. menggerutu sendiri sambil nyengir." Karena biasanya, mereka hanya mengandalkan sesuatu yang instan. Makanan yang mereka bawa, pasti tidak jauh dari mie instan sebagai pengganjal perutnya, atau tidak beras untuk membuat nasi liwet. Tapi ternyata aku salah. Kedua pendaki itu mandiri. Selain mereka menyukai alam, mereka juga senantiasa memperhatikan kesehatan juga ya hehe. Tapi, semoga bukan hanya itu yang mereka jaga, Melainkan kedekatan dirinya kepada Allah juga yang mereka jaga, aamiin. Mungkin itulah yang dinamakan pendaki kece, pendaki yang sesungguhnya.
mbak nisa nggak ikut mendaki?:)
BalasHapushihi inginnya sih mba, tapi gak bisa takutnya kan ntar d culik hahha
BalasHapus