Prakerin Be A Love Story

Beberapa tahun silam, tepatnya pada akhir bulan maret, ku di kejutkan dengan datangnya sesosok pria dengan postur tubuh tinggi, dan berbadan proposional yang menggenakan seragam berwarna biru. Kala itu mataku sedang terfokus pada tugas yang diberikan guru pembingbing, tak sedikitpun Ku berpikir akan ada sesorang yang singgah kembali di ruangan ini. Dia datang diantarkan oleh rekan satu sekolah Ku."katanya sih untuk sementara menggatikan rekan prakerinku yang baru saja keluar."

"Tok.. tok... tok.. selamat pagi bu. Ucap temanku."
"Pagi, ada yang bisa di bantu?? jawab guru pembingbingku yang terkejut, dan Aku pun sama degannya."
"Begini bu, Saya dari bagian Pusdiklat ingin memberitahukan bahwa rekan Saya ini ditunjuk oleh pak Eza untuk bergabung disini sementara waktu, di karenakan penempatan untuk di bagian RPL itu sedang penuh. Dngan tenangnya Dia menjelaskan kronologinya."
"Ohhh begitu, Saya pikir ada apa kalian berdua kesini. Ucapnya sambil tersenyum."

Tak lama kemudian setelah Dia selesai menjelaskan, Bu Indah pun menyuruahnya untuk duduk. Dia pun duduk bersebrangan denganku, tapi masih satu sekat dengan Ku. Dia duduk diseblah kiri dengan keadaan komputer yang rusak (miris yah) haha. Sedangkan Aku masih sibuk dengan pekerjaan Ku sendiri. Lima belas menit kemudian, akhirnya Dia mengawali pembicaraan dengan Ku (mungkin karena jenuh guys). Masya Allah.. lidah Ku terasa kaku hingga jawaban yang ku lontarkan pun menjadi gagap. Tapi Dia tetap berusaha tersenyum pada Ku. Entah mengapa, ketika Ku dekat dengannya jantung Ku berdebar sudah seperti genderang mau perang (jyahhh malah jadi nyanyi). Tapi ini memang benar seperti ini adanya, tiap kali berpapasan denganya Aku selalu merasa konyol. Entah itu hanya halu ataukah memang nyata (jadi baper hiks hiks). Yang Ku ingat selalu darinya kala Dia mengingatkan Ku untuk mengerjakan shalat dhuha (subhanallah, semoga selalu seperti itu, selalu mengingatkan shalat kepada siapa saja). Seperti biasanya tepat pukul 09.00 Dia baru datang ke dalam ruangan. Dulu, ditempat prakerin Ku setiap pria harus selalu mengikuti kajian Ceramah rutin sebelum masuk ke ruangan dan setelah selaesai jam kantor, jadi tak heran jika Dia selalu saja datang agak siangan. Karena saat itu kita sedang tidak ada kerjaan, Aku pun binggung akan melakukan apa. "Sudahlah kuputuskan saja untuk mengerjakan tugas sekolah yang di bewa setiap hari agar ketika Ku masuk sekolah nanti tugas-tugas Ku sudah beres semua. Kata Ku." Tapi berbeda dengannya, Aku takjub dengan pria bertubuh tinggi itu. Ketika Kita sedang asiknya mengerjakan apa yang Kita lakukan, Dia masih sempatkan untu membuka dan membaca Al-qur'an kecil yang sedang dia genggam di tangannya. Hati Ku pun meleleh, rasa yang tak karuan itu seketika muncul kembali dan Aku pun semakin mengangumi sosoknya. Lama sudah ku merasa hal seperti ini, namun Dia sendiri tidak tahu apa yang kurasakan padanya. Seringkali Aku merasa sudah tak asing lagi dengannya, padahal Kita hanya baru beberapa minggu saja merasakan kedekatan.

Semakin hari, semakin ku kagumi sosoknya. "hemmmm berusaha menyeimbangkan ke fokusan Ku terhadap 2 kepentingan yang sama-sama harus dilalui, (kepentingan hati dan juga kepentingn bertugas. zzzz malah main hati). Saat Aku asik dengan handphone, sesekali ku tengok raut wajahnya. Nampak seperti ada yang ingin di katakan, tapi aku berusaha masa bodo. Hingga pada akhirnya Dia pun berbicara.
"Mmmmm Ca, sepertinya hari ini hari terakhir Aku berada di sini. Besok Aku sudah di pindahkan ke ruangan khusus bagian RPL. Katanya."
"Hah??? gimana-gimana ?? tadi Aku tidak terlalu mendengarnya. Tanya Ku yang berpura-pura tidak mendengar."
"Jadi begini, hari ini adalah hari terakhir Aku berada diruagan ini, besok Aku harus sudah di pindahkan ke ruang RPL. Mengulangi penjelasan yang tadi."
"ohhh begitu, semoga betah ya di sana. Dengan sedikit senyuman, dan sdikit menyembunyikan kesedihannya."
"Iya aamiin. hanya itu jawabnya singkatnya."

Seperi biasa, setiap pagi Aku sudah berdiri tepat di depan pintu ruangan Ku, dan menunggu seseorang  untuk membukakan pintu. Lima menit kemudian datanglah atasan ku dan membuka pintu. Saat itu Aku merasakan adanya sesuatu yang hilang. Ya benar.. yang hilang adalah lantunan ayat-ayat suci yang selalu kau bacakan. Sudah sepekan tak Ku dengar lagi suaranya, bahkan raut wajahnya pun sudah tak nampak terlihat lagi. Itu membuat seisi ruagang ini hampa. Jangankan Aku yang selalu bareng dengannya, guru pembingbing Ku saja mengatakan hal serupa yang sama dengan Ku. Tapi, Aku bersyukur Allah telah pertemukan Kita sebelumnya. Meski dulu Kamu tak pernah mengetahui isi hatiku, Aku harap Kamu memiliki perasaan yang sama seperti Ku. Meski Kita dipisahkan oleh jarak namun jika Allah berkehendak Kamu adalah Jodoh Ku maka, tenanglah Aku yakin Allah  sudah menyimpan skenario untuk Kita berdua... aamiin

sekian.....

Komentar

  1. Aamiin Aamiin. Bikin meleleh ya mba hehe. Cocok buat calon imam mba *eh. Hehe insya Allah

    BalasHapus
  2. hihih iya mba andriyes bikin meleleh sampai ke akar-akar hihi... aamiin ya rabbal alamin mba ^_^


    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pak Ogah Jalanan

Karyawan Lama vs Karyawan Baru

Wanita Terhebat...